BATAFISHBA

BATAFISHBA

Monday 19 November 2012

Fraktur Tulang

Fraktur tulang
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Tampak luar dan dalam lengan yang mengalami fraktur, sebelum dan sesudah pembedahan.
ICD-10 Sx2 (x=0-9, tergantung letak fraktur)
ICD-9 829
DiseasesDB 4939
MeSH D050723
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.

Prevalensi

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

Jenis fraktur

  1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
  2. Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
  3. Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
    • Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
    • Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
    • Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
  4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
  5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
  6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
  7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
  8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
  9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
  10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
  11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
  12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
  13. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
  14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Manifestasi klinis

Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.

Pemeriksaan

Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain ( rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut )
Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang.

Penatalaksanaan

Segera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
Prinsip penanganan fraktur meliputi : Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah krg lbh 3 bln.
tergantung dari regio mana yang mengalami fraktur, serta nutrisi yang diberikan.
a. Falang ( jari )
b. Metakarpal
c. Karpal
d. Skafoid
e. Radius dan ulna
f. Humerus
 Suprakondiler
 Batang
 Proksimal ( impaksi )
 Proksimal ( dengan pergeseran )
g. Klavikula
h. Vertebra
i. Pelvis
j. Femur
 Intrakapsuler
 Intratrohanterik
 Batang
 Suprakondiler
k. Tibia
 Proksimal
 Batang
 Maleolus
l. Kalkaneus
m. Metatarsal
n. falang (jari kaki)

No comments:

Post a Comment